Bulan Ramadhan Pusdiklatnya Orang Beriman

Bulan Ramadhan Pusdiklatnya Orang Beriman

Spread the love

Bulan Ramadhan Pusdiklatnya Orang Beriman.
Oleh : H. Abdel Haq, S.Ag, MA. *

Bulan suci Ramadhan yang datangnya sekali setahun, selalu mendapatkan perhatian khusus oleh umat Islam yang beriman, karena bulan Ramadhan ini memiliki banyak keistimewaan.

Bulan Ramadhan yang penuh keberkahan, maghfirah dan keistimewaan ini, juga merupakan sebagai wahana, media dan wadah Pusat Pendidikan dan Pelatihan
( Pusdiklat ) bagi mereka yang beriman.

Kenapa disebutkan sebagai Pusdiklatnya orang beriman, karena selama sebulan suntuk orang beriman diberikan materi latihan yang terukur dan akurat. Mulai dari bangun tidur dini hari, sudah ada jadwal atau agenda yang dilakukan oleh mereka yang beriman.

Ada di antara mereka yang mendirikan shalat tahajjud, membaca Al-Quran dan menyiapkan makanan untuk sahur buat keluarga. Sesudah sahur dilanjutkan dengan shalat shubuh berjamaah, mendengarkan kuliah shubuh. Melanjutkan bacaan Al-Quran, mendirikan shalat sunat dhuha dan tetap melakukan aktivitas seperti biasa, sesuai dengan porsi yang telah ditentukan.

Seperti, bagi ASN jam tugasnya pun dirubah, pertanda negara ikut berpartisipasi dalam upaya memberikan kesempatan dan kemudahan untuk melakukan rangkaian ibadah.

Kalau biasanya masuk pukul 07.00 – 07.30 WIB, selama bulan Ramadhan diundur waktu masuknya menjadi pukul 08.00 WIB. Waktu pulang biasanya pukul 16.00 WIB, pada hari Senin sampai Kamis.

Pada bulan Ramadhan dipercepat pulangnya menjadi pukul 15.00 WIB. Dengan pertimbangan pemerintah, memberikan kesempatan bagi ASN untuk beristirahat dan menyiapkan kebutuhan perbukaannya. Kecuali hari Jum’at pulangnya menjadi pukul 15.30 WIB.

Suasana di bulan penuh keberkahan, maghfirah dan keistimewaan inilah, yang selalu dirindukan oleh umat Islam beriman di seluruh penjuru dunia. Adapun materi pendidikan dan pelatihan yang diberikan selama bulan Ramadhan antara lain, pembinaan di bidang :
1. Kedisiplinan.
Pelaksanaan ibadah puasa mengajarkan kepada umat Islam untuk berlaku disiplin. Mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, umat Islam, wajib mematuhi aturan main yang telah ditentukan oleh Allah Swt dan Rasulullah Muhammad SAW.

Setelah berkumandangnya azan shubuh, maka umat Islam beriman, tidak diperbolehkan lagi makan, minum dan melakukan hubungan intim suami isteri.

Di samping itu bagi yang berpuasa, juga dituntut untuk memelihara kesempurnaan nilai puasanya, dengan tidak melakukan perbuatan yang negatif, merugikan diri dan orang lain. Selama melakukan puasa umat Islam harus mampu mengendalikan jiwa raga, jangan sampai terlanjur melakukan kesalahan dan kekhilafan sedikit pun.

Karena ibadah puasa yang diharapkan, bukan sekedar menahan lapar dan haus. Tetapi, bagaimana kemampuan shaa-imun, orang yang berpuasa mengendalikan hawa nafsunya dari segala keinginan, kemauan yang tidak terbendung.

Dalam hal ini, dipastikan terjadi pergolakan atau pertarungan antara hawa nafsu di satu pihak melawan akal sehat dan keimanan. Apabila akal sehat dan keimanan yang menang, maka akan terarahlah hawa nafsu untuk melakukan amal kebaikan.

Begitu juga berpuasa yang berkualitas,
adalah kemampuan seorang muslim beriman dalam mengarahkan dan mengendalikan panca indera serta jiwa raganya. Selama berpuasa mata harus diarahkan untuk banyak melihat yang baik-baik saja.

Seperti membaca Al-Quran, yang sudah terjadwal setiap hari dan menargetkan selama bulan Ramadhan harus khatam sekali atau beberapa kali. Selama berpuasa tidak melihat, menonton tayangan yang tidak Islami.
Begitu juga dengan telinga dipuasakan, jangan sampai mendengar hal-hal yang tidak baik. Seperti mendengarkan gunjingan.Termasuklah mendengar lagu-lagi yang tidak Islami lainnya.

Begitu juga selama berpuasa hati pun harus terjaga dan terpelihara dari segala macam penyakit hati. Terjauh dari hasad, iri hati, dengki, membenci, sombong dan menganggap enteng orang lain. Termasuk tidak melangkah ke tempat maksiat dan tidak mengambil hak orang lain. Apalagi, melakukan korupsi yang sangat leluasa saat ini. Bahkan seolah telah menjadi budaya di kalangan mereka yang berkuasa.(bersambung)