Alhamdulillah wa syukrulillahi umat Islam Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya, baru saja menyelesaikan rangkaian ibadah puasa di bulan suci Ramadhan penuh keberkahan, keistimewaan dan ampunan.
Selama bulan Ramadhan, umat Islam melakukan rangkaian ibadah, berpuasa di siang hari, melakukan amal kebaikan lainnya dan mendirikan qiyamul lail, dengan mendirikan shalat tarwih, shalat witir, bertadarus Al-Quran, berinfaq dan bershadaqah sepanjang hari.
Insya Allah, semua amal ibadah yang dilakukan oleh umat Islam dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt. Melakukan ibadah wajib diberikan bonus oleh Allah Swt, amal ibadah sunah jika dilakukan diberikan nilai sama dengan ibadah wajib.
Yang tak kalah pentingnya, Allah Swt menjanjikan kepada umatnya yang berpuasa dan mendirikan qiyamul lail, ampunan dan maghfirah atas dosa yang terdahulu.
Sebagai sabda Rasulullah Muhammad SAW : ” man shaama Ramadhaana iimaanan wahtisaaban ghufiralahuu maa taqaddama mindzanbihi ” . Yang artinya : siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, dengan penuh keimanan dan perhitungan diampuni dosanya yang telah terdahulu.
Sedangkan, dalam hadits lain Rasulullah Muhammad SAW bersabda : ” man qaama Ramadhaana iimaanan wahtisaaban ghufiralahuu maa taqaddama mindzanbihi “.
Artinya : siapa yang mendirikan malam <span;>Ramadhan, dengan shalat tarwih, witir dan membaca Al-Quran, diampuni Allah Swt dosanya yang telah berlalu.
Satu lagi keistimewaan bulan suci Ramadhan, adalah disediakan oleh Allah Swt adanya ” lailatul qadri ” malam qadar, apabila umat Islam mendapatkan malam qadar tersebut. Maka Allah Swt memberikan bonus yang luar biasa, yaitu lebih baik dari seribu bulan.
Dalam pengertian mereka yang dianugerahi Allah Swt mendapatkan malam qadar, mereka diberikan keberuntungan lebih baik dari seribu bulan, diperkirakan sama dengan kebaikan dan keberuntungan selama 83,3 tahun.
Begitulah, di antara keberkahan, keistimewaan dan ampunan Allah Swt yang disediakan oleh Allah Swt buat umat-Nya apabila melakukan rangkaian ibadah selama bulan Ramadhan.
Semenjak terbenamnya mentari di ufuk barat Selasa, tgl 9 April 2024 bertepatan dengan tgl 1 Syawal 1445 H.
Maka berakhirlah perjuangan melelahkan, penuh keberkahan, keistimewaan dan ampunan. Dengan sebuah kemenangan, umat Islam memperoleh ketaqwaan dan kembali kepada fitrah, kembali kepada kesucian, bagaikan seorang bayi yang baru saja dilahirkan oleh ibunya.
Kemenangan tersebut dimeriahkan dan disambut dengan lantunan takbir, Allahu Akbar. Meyakini hanya Allah Swt saja yang pantas diagungkan. Ucapan tahmid, alhamdulillah menyatakan hanya Allah Swt yang berhak mendapatkan pujian lebih. Lantunan tahlil, laa ilaaha illallahu wallaahu akbar, yang mempertegas hanya Allah Swt saja yang wajib disembah dan patut dijadikan tempat mengadu dan meminta serta perlindungan.
Setelah berhasil melakukan rangkaian ibadah di bulan suci Ramadhan, umat Islam dianugerahi Allah Swt meraih predikat muttaqin, orang yang bertaqwa. Ini sebuah prestasi dan hasil perjuangan yang tak ternilai harganya
Pada siang hari umat Islam yang beriman, mampu menahan haus, lapar, mengendalikan hawa nafsu, kemauan dan berusaha maksimal memelihara kesucian dari segala hal yang membatalkan puasa. Mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya mentari di ufuk barat setiap harinya.
Selama sebulan penuh umat Islam beriman, berhasil melakukan amal shaleh, amal kebaikan berkepanjangan dengan penuh disiplin, penuh perhitungan yang matang dan keikhlasan yang tulus kepada Allah Swt.
Yang menjadi pertanyaan dan perhatian
yang lebih serius, bagi umat Islam, apakah setelah berakhir bulan suci Ramadhan. Masih kah ritual, rangkaian ibadah wajib dan sunah tetap dikerjakan. Inilah, sebuah pertanyaan dan ungkapan yang perlu dijawab oleh umat Islam itu sendiri. Apakah amal shaleh, kebaikan dilakukan hanya ditegakkan di bulan suci Ramadhan unsich. Bagaimana penerapannya pasca berakhirnya bulan suci Ramadhan.
Padahal, bulan Syawal merupakan kelanjutan dari bulan Ramadhan. Bulan Syawal berarti peningkatan. Yaitu bulan untuk meningkatkan aktivitas, ibadah pasca Ramadhan. Justeru itu Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk melanjutkan puasa enam hari di bulan Syawal.
Siapa yang berpuasa 6 hari di bulan Syawal, berarti dia telah berpuasa selama satu tahun. Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW :
” man shaama Ramadhaana tsumma atba’ahuu sittan min syawwaalin, kaana kashiyaamid dahri “. Yang artinya : siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, lalu dilanjutkannya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, jadilah seperti berpuasa setahun penuh.
Justeru itu, umat Islam yang beriman dituntut untuk melakukan rangkaian ibadah dan melakukan amal kebaikan, bukan khusus di bulan Ramadhan faqath. Tetapi, umat Islam beriman itu malah dituntut untuk melanjutkan amal shaleh, trend positif yang telah membawanya meraih ketaqwaan dan mengembalikannya kepada fitrah, kesucian yaitu bagaikan tanpa dosa, seperti bayi yang baru dilahirkan.
Umat Islam beriman beranggapan, setelah meraih gelar muttaqin dan kembali kepada kesucian, bukan berarti tugas dan tanggung jawabnya selesai. Tugasnya belum berakhir, bahkan tugas dan tanggung jawab semakin berat. Yaitu bagaimana mempertahankan ketaqwaan dan memelihara kesucian pasca bulan suci Ramadhan.
Dalam hal ini Allah Swt mengingatkan umat Islam yang beriman untuk terus melakukan trend positif, melakukan amal shaleh, rangkaian ibadah wajib dan ibadah sunah pasca bulan Ramadhan.
Seperti diungkapkan Allah Swt dalam surah Ar-Rum ayat 31 : muniibiina ilaihi wattaquuhu wa aqiimush shalaata wa laa takuunuu minal musyrikiina. Yang artinya : kembalilah kamu kepada-Nya, bertaqwalah kepada-Nya, dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang yang komunitas orang mempersekutukan Allah Swt.
Semoga umat Islam yang beriman tetap berupaya melestarikan rangkaian ibadah, melanjutkan amal kebaikan, melakukan trend positif setiap saat dan tidak mengkhususkan beribadah hanya di bulan suci Ramadhan saja.
Mendatangi masjid dan mushalla sekali setahun, tak ubahnya menjadi jamaah musiman, tetapi bertekad menjadi jamaah inti, jamaah tetap pada masjid dan mushalla tempat tinggal masing-masing. Wallaahu a’lam bishshawaab. (Abdel Haq)
Alamat Penulis Padang, 5 Syawal 1445 H, 14 April 2024 M. Komplek Harka Sarai Permai Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.