Mengenal Penyakit Hati Yang Buruk

Mengenal Penyakit Hati Yang Buruk

Spread the love

Mengenal penyakit Hati Yang Buruk

Oleh : Zulfikri Putra Mustafa

Manusia memiliki hati yang tidak terlihat oleh keadaan dan tidak terputus dengan otot-otot hati yang telah tertulis dalam hadis. Hati merupakan raja anggota badan dan anggota badan itu bagaikan rakyatnya.

Secara fisik hati itu merupakan segumpal darah, apabila hati itu baik, baiklah seluruh tubuh, apabila rusak, rusaklah semuanya. Hati yang memerintah dan yang memutuskan. Hati juga yang menaati Allah dan ia juga mendurhakai Allah Swt.

Menurut Al Ghazali dan Al-Muhasabi, sebagaimana yang dikutip oleh Kholil Lur Rochman hati adalah raja yang mengarahkan kegiatan yang berlaku pada roh, nafsu dan akal. Hati juga mengarahkan kelima panca indera manusia untuk melakukan hal baik atau buruk.

Hati menjadi nilai dari perilaku dan kehidupan manusia, jika hatinya baik maka perilaku seseorang akan baik, tetapi bila hati buruk, maka akan berakibat negatif bagi perilaku manusia. Hati yang buruk inilah yang sering disebut sebagai hati yang berpenyakit.

Hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan tentang hati diriwayatkan oleh Al Bukhari Hadits No.52 pada Bab Fadhal Man Istabra’
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَد ُكُلُّهُ َأَلَا وَهِىَ الْقَبُ
“Dan sesungguhnya di dalam satu jasad ada sekepal daging.Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasad dan jika rusak maka rusaklah seluruh jasad Ketahuilah, ia adalah hati.”

Hati dalam pandangan Hakim at-Tirmidzi, sebagaimana penjelasan Ahmad Wajih merupakan instrumen yang dengannya manusia dapat mencapai makrifatullah dan mengetahui rahasia-rahasia-Nya.

Ketika hati sudah sakit, maka akan menyebabkan kesengsaraan dan memunculkan penyakit-penyakit berikutnya berupa penyakit batin: iri hati, bakhil, ria, sewenang-wenang, gila popularitas, munafik, mencari muka serta tunduk terhadap materi, kekuatan dan politik. Hati merupakan sumber kefaqihan terhadap persoalan mana yang baik dan buruk,

karena inilah maka Rasululullah Saw menganjurkan kepada umatnya untuk meminta pertimbangan hati dalam menentukan perkara, karena ilmunya hati akan menjadi ilmunya ilmu dan ilmu batin adalah ilmunya para ulama selama tidak dipengaruhi oleh taklid.
Seseorang yang memiliki hati yang sakit atau kotor disebut dengan qalbun marid.

Ketika berhasil menyembuhkannya dengan cara mengikis sifat-sifat tercela dan menggantikannya dengan sifat-sifat terpuji maka hatinya dikategorikan kepada qalbun salim.

Aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka membersihkan hati yaitu tidak memperturutkan hawa nafsu, melaksanakan ibadah, zikir dan kepedulian sosial dengan mengeluarkan zakat, sadaqah, hadiah dan sebagainya

Imam Al-Ghazali membagi hati dalam dua arti yaitu fisik dan metafisik. Hati dalam artian fisik adalah jantung, berupa daging berbentuk lonjong, terletak dalam rongga dada sebelah kiri,

sedangkan dalam artian metafisik dinyatakan sebagai karunia tuhan yang halus bersifat ruhaniah dan rabbaniah, yang ada hubungannya dengan jantung, hati yang halus dan indah inilah hakikat kemanusiaan yang mengenal dan mengetahui segalanya serta menjadi perintah, cela, dan tuntutan tuhan.

Hati atapun anggota badan secara keseluruhan dituntut agar sehat dan tidak berpenyakit sehingga berfungsi sesuai dengan fitrah kejadiannya. Akan tetapi, ketika didapatkannya hati yang menyimpang dari jalur yang seharusnya yang ditempuhnya dikarenakan hati tersebut telah berubah menjadi kering dan membatu sehingga tidak lagi berfungsi sebagaimana lazimnya

, maka dalam keadaan seperti ini hati pun sama dengan tangan yang putus, lidah yang bisu, hidung yang cacat, mata yang buta sehingga kesemua itu tidak mampu berfungsi sebagaimana lazimnya.

Penyakit Hati merupakan sejenis penyakit yang dapat merusak hati sehingga pada akhirnya sang hati tidak kuasa mencerna kebenaran. Hati yang sakit tidak akan kuasa melihat yang hak sebagai kebenaran dan tidak akan kuasa melihat yang batil sebagai kemungkaran.

Hati yang sakit paling tidak akan menjadi berkurang kemampuannya untuk menilai baik dan buruk sehingga pada akhirnya hati yang sakit akan membenci kebenaran dan menyukai kebatilan.

Beragam penyakit hati yang dapat diobati dengan pengobatan secara alami adalah jenis penyakit fisik yang akan lenyap sesudah penderitanya meninggal dunia.

Sedangkan beragam penyakit hati yang hanya bisa diobati dengan pengobatan secara imani seperti yang disampaikan oleh para rasul, maka penyakit tersebut akan berkelanjutan sehingga penderitanya merana dan tersiksa untuk selama-lamanya sampai sesudah mati selama ia tidak mendapatkan obat penangkalnya. Akan tetapi,

jika ia berhasil memperoleh obat tersebut dan meminumnya, niscaya ia akan sembuh. Oleh karenanya kita sering mendengar ungkapan, “marahnya telah sembuh(reda)”. Akan tetapi, bila musuhnya itu berhasil menguasai hati, maka hati sakit pun akan sakit dan baru sembuh ketika berhasil diredam.

Hati seperti raja dan tentara seperti hamba dan pembantu raja. Ini berarti tentara hati dimana ia membantu hati dalam pemahaman dan menganalisis informasi, peristiwa atau hal-hal yang terjadi.

Memang jumlah dan fakta tentara hati tidak diketahui manusia kecuali Allah SWT yang menciptakannya. Oleh karena itu, tidak layak bagi kita sebagai manusia untuk mendiskusikan berbagai fakta tentara hati karena itu adalah rahasia Allah SWT.

Hati itu sifatnya berbolak-balik yaitu apabila syaitan menguasainya dan mengajaknya kepada kejahatan, lalu tersadarlah hati apabila malaikat memalingkannya daripada syaitan dan begitulah sebaliknya.

Pada masa lainnya, apabila syaitan mengajak hati kepada kejahatan, syaitan yang lain juga mengajak hati untuk melakukan kejahatan yang lain. Begitu juga sekiranya malaikat mengajak kepada kebaikan lain. Boleh jadi hati itu terkadang berbolak-balik dalam melakukan diantara dua kejahatan dan diantara dua kebaikan.

Hati yang senantiasa berbolak-balik diantara kebaikan dan kejahatan. Hati ini terkadang menjadi hati yang bersih yang cenderung kepada cinta Allah, keimanan, keikhlasan, dan tawakal kepada-Nya yang mana akhirnya ia memberi ketenangan dan kebahagiaan kepada hati. Namun, pada masa lain hati menjadi bangga diri dan membuat kerusakan di muka bumi yang mana ia menyebabkan kehancuran dan kebinasaan.

Hati selalu mengingatkan pemiliknya agar tenang dan damai pada Tuhan yang ia sembah. Di saat itulah ia akan menyentuh ruh kehidupan dan merasakan nikmatnya, sehingga ia memiliki kehidupan baru yang tidak seperti kehidupan orang-orang yang lalai dan berpaling dari tujuan, dimana manusia, surga, dan neraka diciptakan rasul diutus dan Al-Quran diturunkan.

Andaikan tidak ada tujuan dalam penciptaan, maka cukuplah tiada tujuan itu sebagai balasan dan cukuplah kehilangan tujuan menjadi kerugian serta siksaan.

Hati yang rusak disebabkan karena hati dipenuhi asap-asap nafas manusia hingga menghitam dan menyebabkannya teriris, gundah gulana, lemah, menanggung beban teman-teman yang buruk, menyia-nyiakan kebaikan mereka, sibuk dengan urusan-urusan mereka, serta terbaginya pikiran demi memenuhi tuntutan dan keinginan mereka. Berapa banyak pergaulan dengan manusia menimbulkan bencana dan menjauhkan nikmat.

Terlalu banyak bergaul yang terjadi karena cinta terhadap dunia dan untuk melampiaskan keinginan masing-masing, maka akan berbalik menjadi permusuhan dan kemudian mereka akan menemukan penyesalan.

Dalam konteks zaman sekarang banyak hal yang menyebabkan seseorang itu terjerumus untuk melakukan dosa seperti maraknya pergaulan bebas, pornografi, itu disebabkan karena kurangnya beribadah kepada Allah swt dan ini merupakan salah satu hal yang menyebabkan hati rusak.

Standar yang baik dalam pergaulan adalah bergaul dengan orang dalam kebaikan, seperti shalat jumat, shalat berjamaah, hari-hari raya.haji, menuntut ilmu, jihad dan memberi nasehat. Kita harus menghindari pergaulan dalam keburukan dan perkara-perkara mubah yang berlebihan

Jika kondisi mendesak untuk bergaul dengan mereka dalam hal buruk dan tidak mungkin untuk menghindar, maka hendaklah berhati-hatilah dari sikap menyetujui mereka. Sebaiknya bersabarlah atas tindakan buruk mereka, karena jika ia tidak memiliki kekuatan dan tidak ada penolong, maka pasti akan disakiti.

Bersabar dari tindakan buruk mereka itu lebih baik dampaknya dan lebih terpuji kedudukannya, walaupun menjadi terdesak untuk bergaul dengan mereka pada hal-hal yang berlebihan

Maka hendaklah ia berusaha untuk mengubah pergaulan itu menjadi ketaatan pada Allah SWT jika memungkinkan. Hendaknya ia memberanikan diri dan menguatkan hati, jangan sampai menoleh pada bisikan setan yang dapat menghalanginya, bahwasanya hal tersebut adalah ria , keinginan untuk menampilkan ilmu dan keberadaanmu.atau yang semisal dengan itu. Perangilah bisikan itu!Mintalah pertolongan Allah dan lebih mengutamakan kebaikan bagi mereka semaksimal mungkin.  (Zulfikri Putra Mustafa)