Walikota Padang Belajar Soal Pelayanan Publik ke Kota Bandung

Spread the love

Bandung, —Walikota Padang Hendri Sapta berlajar ke Kota Bandung Soal Pelayanan Publik karena pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah banyak menerima penghargaan terkait pelayanan publik. Bahkan untuk smart city, Kota Bandung  masuk 50 besar pemerintahan kota pintar atau smart city di dunia.

Kedatangan Walikota Padang bersama  jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda)  bersama OPD Kota Padang disambut  oleh Wali Kota Bandung yana Mulyana bersama jajaran Forkopimda Bandung, Kepala  Dinas Kominfo Bandung ayan A. Brilyana bersama OPD terkait lainnya dengan penuh keakraban di aula pertemuan Kota Bandung

Walikota Padang Hendri Sapta mengakui dengan prestasi Kota Bandung inilah yang membuat Pemkot Padang Sumatera Barat ingin belajar ke Kota Bandung terkait pelayanan publik. Dan  juga ingin belajar urusan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif seperti di Kota Bandung

Saat ini ujar Hendri Sapta Kota Padang  terus berupaya bisa menjadi lebih baik. Kami ingin mengetahui, khususnya dalam hal pelayanan prima di Kota Bandung,” ujarnya saat berkunjung ke Balai Kota Bandung

“Kota Padang Alhamdulilah bangkit. Apalagi bisnis juga usaha hingga investasi berdatangan,”  Bahkan mengaku tetap meresmikan sejumlah hotel hingga berbagai tempat usaha di masa pandemi Covid-19. Hal ini membuktikan Kota Padang terus bangkit.

“Terkait tempat usaha, kita resmikan klinik kecantikan. Intinya kita tidak ada halangan di masa pandemi,”

Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengucapkan terima kasih atas kunjungan Pemkot Padang ke Kota Bandung. Apalagi jika ingin melakukan studi tiru dalam pelayanan. “Intinya kita ingin belajar lebih baik, juga kita belajar ke kota Padang,” kata Yana.

Kota Bandung sebagai kota jasa, tidak memiliki sumber daya alam. Oleh karenanya, Kota Bandung bergantung pada jasa. Untuk itu juga, Pemkot Bandung berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan.

Sebagai informasi, luas Kota Bandung 16.700 ha, dengan jumlah penduduk sekita 2.5 juta orang. Terdiri dari 30 kecamatan, 151 kelurahan. Kami tidak punya SDA. Memang kami sangat bergantung pada pajak terutama pariwisata, jasa dan lainnya,”

Yana  menjelaskan soal  smart city merupakan salah satu upaya percepatan pelayanan dengan meminimalisir pertemuan antara pemberi pelayanan kepada penerima. “Kami juga mengembangkan smart city. Bahkan di masa pandemi ini memberikan dampak sosial ekonomi juga membuat kami semua inovasi.

Alhamdulilah kami mengembangkan aplikasi yang ujungnya menghindari sebanyak mungkin interaksi antara pemberi pelayanan dan penerima pelayanan,” beber Yana.

“Semua relatif online kami juga punya 2 Mal Pelayanan Publik, sehingga pelayanan masyarakat dilayani itu banyak melalui aplikasi. Kita minimalisir interaksi tatap muka (tafa)