Membayar Kamera, Bila Sudah Dapat Honor

Tulisan ked

Kalau kita membawa kamera atau menyandang kamera dulu sudah disebut “wartawan”  karena yang menjadi wartawan tidak bisa datang begitu saja dan itu sudah melalui proses dimasing masing Redaksi

Bahkan Untuk mendapatkan surat untuk keterangan sebagai koresponden harus menulis selama tiga bulan dan kemudian diperpanjang lagi oleh Pimpinan Redaksi dan empat kali dalam setahun

Kemudian setelah lolos satu tahun baru kemudian diberikan Kartu Wartawan atau sekarang ini disebut Idcard dan proses itu Saya lalui waktu menjadi wartawan Semangat dan ditunjuk sebagai perwakilan Di Padang Panjang

Kemudian baru kita dibolehkan masuk sebagai anggota PWI tapi untuk menjadi anggota PWI bukan gampang dan harus tes dulu dan jadi Calon Anggota, Anggota PWI Muda dan Anggota PWI biaya dan kalau sekarang harus ikut uji kompetensi Wartawan

Namun untuk kamera besar ini Saya belum punya karena belum ada uang membeli waktu karena satu biaya kamera itu biaya cukup mahal untuk kondisi dulu, Tapi berkat Kemurahan hati dari pemilik Garuda Foto dan kami sebut dengan panggil ” Uda Ar Garuda” karena ditempat juga menyediakan tempat foto Hitam putih dan beli rool film warna disamping cetak Foto

Tapi sebelum menawarkan dia mengeleledek Saya dengan Kata Positiv dan Saya masih ingat kata katanya

” Kalau jadi wartawan pakai lah tustel yang besar dan contoh wartawan singgalang Syamsoedarman, Masa kalah wartawan Semangat kita sama sama wartawan, tapi waktu bicara itu tidak ada Syamsoerdaman

” Iyo Bana Kata Uda” tapi dana untuk membeli belum cukuik lai dan langsung dijawabnya Kalau Uda bantu baa  dan bayar bilo ada pitih dan Kalau  honor Koran dan jumlahnya terserah bara kadibayar” ujarnya lagi

Akhirnya melalui bantuan Uda Ar itu Saya dapat camera dan Harganya dulu Rp 175.000 dan Saya tidak ingat lagi tife kamera itu tapi yang jelas dalam menjalankan profesi sebagai wartawan Saya merasa terbantu karena setiap liputan kita sangat terbantu dengan adanya kamera tersebut

Kebaikan ” Uda Ar” ini bukan untuk Saya saja tapi juga untuk wartawan lain di Padang Panjang Karena kami waktu itu Di Padang Panjang boleh dihitung jari diantaranya Zulfahmid Zess (Almarhum) Darmi DH (Almarhum) Nusyirwan (Iwan DN) Almarhum, Syamsoerdamab  Dan juga ada Rusdy Lubis dan sesudah itu Yayusman, Elmi Ridha, Yetty Harni, Suarti, Eko Yance Endry