H. Abdel Haq, S.Ag, MA. *
Hari Selasa tanggal 28 Oktober 2025 sudah 97 tahun usia ” Sumpah Pemuda ” suatu peristiwa dahsyat, penuh sejarah, yang sangat menentukan kelangsungan bangsa Indonesia untuk merdeka dari penjajahan Hindia Belanda selama 350 tahun, dan tiga setengah tahun dijajah oleh Jepang.
Momentum Sumpah Pemuda pada tgl 28 Oktober 1928, merupakan mata rantai perjuangan bangsa Indonesia yang tak terpisahkan dari pergolakan, perjuangan anak bangsa, yang ingin merdeka, terlepas dari kungkungan, tirani dan hegemoni kaum penjajah, yang tidak berperi kemanusiaan.
Mereka mengeruk hasil sumber daya alam Indonesia dan membawanya ke Belanda serta memeras bangsa Indonesia tanpa batas.
” Peran Boedi Oetomo Dalam Pergerakan Nasional ”
Proses perjuangan kemerdekaan Indonesia, merupakan proses panjang sejarah, yang dimulai dari bangkitnya kesadaran para intelektual muda di kala itu. Mereka beruntung, mendapatkan pendidikan dari kaum penjajah
itulah para mahasiswa STOVIA, yaitu Sekolah Tinggi Kedokteran.
Atas inisiatif dan saran Dr. Wahidin Soerohoesodo, perlunya sebuah organisasi, sebagai wadah bagi kalangan muda untuk berkumpul, berdiskusi, membicarakan nasib bangsa Indonesia.
Rakyat sengsara di atas tanahnya yang subur, mereka membatasi gerak gerik anak bangsa, dilarang berkumpul, mengemukakan pendapat. Perekonomian rakyat sangat menyedihkan, apa pun hasil pertanian, perkebunan dan tambang mereka bawa ke Belanda.
Menyadari dan merasakan pedihnya yang dialami rakyat di zaman penjajahan.
Maka Dr. Soetomo atas arahan dan saran Dr. Wahidin Soerohoesodo untuk mendirikan sebuah organisasi.
Lalu bersama beberapa orang mahasiswa STOVIA Dr. Soetomo berhasil mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang dikenal dengan ” Boedi Oetomo “. Ini merupakan organisasi pergerakan nasional modern pertama, yang didukung oleh para mahasiswa STOVIA pada tgl 20 Mei tahun 1908.
Sebagai organisasi pergerakan nasional
” Boedi Oetomo ” yang merupakan pencetus dari lahirnya berbagai organisasi, pergerakan di Indonesia, yang bertujuan ingin mengusir penjajah dari bumi pertiwi.
Adapun tujuan dari organisasi Boedi Oetomo ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pendidikan dan pengajaran anak bangsa.
2. Meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat.
3. Meningkatkan kesadaran sosial kebudayaan.
4. Membangun kesadaran berbangsa.
Berdasarkan tujuan dari organisasi Boedi Oetomo, yang sangat mulia, yang menginginkan anak bangsa bersatu padu, membangun kekuatan dari berbagai daerah di nusantara.
Maka para pengurus dan anggota organisasi ini, berupaya maksimal untuk mensosialisasikan ketengah masyarakat, terutama kepada kalangan para tokoh masyarakat dan kepada para pemuda di masa itu, agar bersatu padu merebut kemerdekaan.
Alhamdulillah, berkat perjuangan dan kerja keras para anggota Boedi Oetomo, maka muncullah kesadaran berbangsa, senasib seperjuangan dari para tokoh lintas budaya di nusantara. Yang pada akhirnya berdirilah berbagai organisasi sosial keagamaan, persyarikatan, paguyuban dan organisasi kepemudaan.
Adapun organisasi pergerakan yang lahir tersebut adalah sebagai berikut :
1. Syarikat Islam. Lahir tahun 1912.
2. Persyarikatan Muhammadiyah, lahir pada tahun 1912
3. Persatuan Guru Hindia Belanda, lahir tahun 1912.
4. Paguyuban Pasundan, lahir tahun 1913. 5. Komisi Nasionalis Jawa, lahir tahun 1914. 6. Jong Java, lahir tahun 1915.
7. Perhimpunan Pegawai Bumi Putera, lahir tahun 1916.
8. Jong Sumatera Bond lahir pada tahun 1917.
9. Organisasi Nahdhatul Ulama lahir pada 1923.
Dengan banyaknya bermunculan organisasi pergerakan yang menginginkan bangsa ini bersatu padu dalam mengusir penjajah.
Maka berdiri pulalah perkumpulan dan organisasi pergerakan pemuda. Di antaranya Jong Selebes, Jong Ambon, mengikuti jejak organisasi Jong Java dan Jong Sumatera, yang telah terlebih dahulu berkiprah.
Berkat ketekunan dan peran pengurus beserta anggota organisasi Boedi Oetomo yang sangat brilian. Maka ditetapkanlah setiap tgl 20 Mei 1908 sebagai: Hari Kebangkitan Nasional “.
” Sumpah Pemuda Tonggak Awal Kemerdekaan Indonesia ”
Setelah berkumpulnya para tokoh pemuda dari berbagai daerah, melalui beberapa pertemuan.
Mereka sepakat untuk mengadakan acara Kongres Pemuda ke-2, untuk menindaklanjuti rekomendasi dari Kongres Pemuda pertama di Jakarta yang berlangsung dari tgl 30 April s/d 2 Mei 1926.
Sebagai Ketua Panitia Pelaksana Kongres Pemuda pertama adalah Mohammad Tabrani, Wakil Ketua Soemarmo, Sekretaris Djamaluddin Adinegoro dan Bendahara Soewarso.
Adapun pembahasan yang direkomendasikan untuk ditindaklanjuti adalah sebagai berikut :
1. Pembentukan badan pusat organisasi pemuda.
2. Gagasan tentang persatuan Indonesia.
3. Peran perempuan dan agama dalam pergerakan cita-cita kemerdekaan.
4. Peran bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, yang dikemukakan oleh Mohammad Yamin.
Setelah berselang lebih kurang dua tahun, maka diadakanlah Kongres Pemuda ke-2 yang berlangsung di Lapangan Banteng Jakarta dari tanggal 27 s/d 28 Oktober 1928. Kongres Pemuda ke-2 ini diikuti oleh berbagai tokoh pemuda.
Antara lain : Perhimpunan Para Pelajar Indonesia ( PPPI ) sebagai penggagas, Boedi Oetomo, Jong Java, Jong Sumatera.
Juga ikut Jong Islamieten Bond ( JIB ) Pemuda Kaum Betawi, Jong Minahasa, Sekar Rukun, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak dan lainnya.
Sebagai Ketua Pelaksana Kongres Pemuda II adalah Soegondo Djojopoespito, Sekretaris Mohammad Yamin dan Bendahara Amir Syarifuddin. Pada Kongres Pemuda ke-2 inilah lahir kesepakatan dari para pemuda, yang populer dengan ungkapan ” Sumpah Pemuda ”
. Yang berjasa mengonsep dan mencetuskan teks Sumpah Pemuda itu adalah seorang sosok pemuda dari Ranah Minang, yaitu Mr. Mohammad Yamin, SH..Bertindak sebagai pembaca Ikrar Sumpah Pemuda adalah Soegondo Djojopoespito, selaku Ketua Panitia Pelaksana Kongres Pemuda II dan lantunan lagu Indonesia Raya dipimpin langsung WR Supratman.
Adapun teks Ikrar Sumpah Pemuda yang menyatukan bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah pengakuan tulus putera puteri Indonesia :
1. Bertanah air satu, tanah air Indonesia
2. Berbangsa satu, bangsa Indonesia.
3. Berbahasa satu Bahasa Indonesia.
Sejak digaungkannya Ikrar Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda ke-2 di Jakarta, pada tgl 28 Oktober 1928, membawa perubahan signifikan dalam pergerakan, perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kalau selama ini pergolakan yang dilakukan setiap daerah di nusantara, hanya bersifat kedaerahan, terpencar-pencar.
Tetapi, setelah diikrarkan Sumpah Pemuda, perjuangan dan pergelokan di nusantara sudah mulai bersatu dan sudah terjalin koordinasi yang baik antar daerah. Baik daerah yang ada di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Ambon dan lainnya.
Semua daerah melakukan koordinasi dan komunikasi yang baik, untuk mengatur strategi yang jitu dalam upaya melumpuhkan kaum penjajah.
Berkat kerja sama yang baik, didukung kesadaran yang tinggi untuk melepaskan diri dari penjajahan.
Ada pun makna yang terkandung dalam
Ikrar Sumpah Pemuda, yaitu mengakui tanah air yang satu, tanah air Indonesia. Merupakan kebulatan tekad yang kuat dari para pemuda pada waktu. Meskipun berada di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan seluruh nusantara adalah tanah air milik rakyat Indonesia. Tanpa memandang suku, agama dan budaya.
Begitu pengakuan putera puteri Indonesia yang berbangsa satu, bangsa Indonesia. Meski pun berbeda kulit, bahasa, agama dan budaya, selagi di wilayah nusantara. Itu adalah bangsa Indonesia.
Selanjutnya pengakuan dan menjunjung tinggi bahasa yang satu, bahasa Indonesia. Kesepakatan menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional, bahasa pemersatu, bahasa pengantar bagi seluruh rakyat Indonesia, meskipun berbeda kulit, bahasa dan budayanya. Semuanya sepakat menjunjung tinggi dan menjadikan bahasa Indonesia, menjadi bahasa kebanggaan rakyat Indonesia.
Demikianlah sekelumit refleksi sepintas, kilas, singkat, tentang keberadaan Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, yang setiap tanggal 28 Oktober setiap tahunnya diperingati, agar anak bangsa dan generasi muda Indonesia mengenali dan memahami sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan rakyat Indonesia, yang dipelopori oleh para pemuda. Juga atas rahmat Allah Swt Tuhan Yang Maha Esa, bukan pemberian atau hadiah dari bangsa penjajah.
Penulis adalah : Jurnalis, Aktivis Dakwah Pendidikan Sosial dan terakhir Kakankemenag Dharmasraya. *