Oleh : H. Abdel Haq, S.Ag, MA. *
Selaku manusia biasa yang dha’if, lemah, banyak kekurangan dan memiliki serba keterbatasan. Tentu saja banyak melakukan kesalahan, kelalaian, sering melupakan tugas dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Bahkan sering lupa akan amanah dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Bagaimanapun juga, manusia adalah sebaik-baiknya makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt. Baik ditinjau dari segi pisik, psikis maupun dari proses penciptaan, melalui tahapan dan memiliki keunikan tersendiri.
Jika dibandingkan dengan keberadaan makhluk lainnya, seperti malaikat, jin, iblis atau syaitan..Meski pun dengan serba keterbatasan, sering lupa dan cenderung berbuat salah. Sebenarnya Allah Swt telah memberikan pula potensi, kekuatan untuk mengantisipasi, agar manusia dengan segala keterbatasannya, jangan menjadikan ini sebagai alasan untuk tidak taat, tidak patuh dan tidak mau melakukan amal kebaikan dalam hidup dan kehidupannya.
Bukankah Allah Swt juga telah membekali manusia dengan berbagai potensi, kekuatan. Seperti hati, akal, penglihatan, pendengaran dan hawa nafsu. Apabila difungsikan dengan baik, akan mampu menyelamatkan manusia dari melakukan berbagai perbuatan yang merusak diri, keluarga dan masyarakat luas.
Menyikapi perkembangan yang terjadi, fenomena yang muncul akhir-akhir ini di daerah dan di berbagai wilayah Indonesia.
Memang sangat riskan, mencekam dan mencemaskan manusia lainnya. Hampir di mana-mana pasca HUT RI KE-80, tepatnya sejak tgl 25 Agustus 2025 telah terjadi demo besar-besaran oleh para mahasiswa, kawula muda.
Yang tidak puas dengan kinerja pemerintah, pemimpin formal dan informal telah mulai ingkar janji, tidak lagi memikirkan kesejahteraan rakyat. Mereka lebih fokus memikirkan bank-sakunya, keluarga dan kroninya dari pada merealisasikan program yang telah dicanangkan sebelum mereka menjabat.
Resesi perekonomian semakin hari semakin suram, pasca Covid 19 yang membuat daya beli masyarakat bertambah lemah.
Dipicu pula oleh ketidaktersedianya lapangan kerja oleh pemerintah dan terjadinya PHK besar-besaran di perkotaan.
Fenomena ini dipastikan berdampak negatif kepada berbagai kalangan sampai ke level terbawah, yang dikenal dengan sebutan wong cilik.
Sementara itu, terjadi pula kesenjangan perekonomian di tengah masyarakat, perbedaan antara sikaya dengan simiskin terlalu jauh jaraknya.
Dipicu pula oleh perilaku beberapa orang oknum yang tidak simpatik, memamerkan kekayaan dan kehidupan glamour. Kehidupan yang serba mewah yang mereka pertontonkan di tengah kehidupan masyarakat yang memprihatinkan.
Mereka yang sepantasnya diharapkan untuk membuat perubahan, peningkatan kesejahteraan rakyat. Malah mereka tidak mau tahu dengan rakyatnya yang tengah dihimpit berbagai kesulitan ekonomi.
Jangankan untuk biaya pendidikan, kesehatan dan kebutuhan bahan pokok sembako saja masyarakat sudah mulai merasa kewalahan.
Justeru itu, berbagai upaya sadar dan terukur telah dilakukan oleh para mereka yang pro rakyat, berpikir sehat untuk keluar dari krisis ekonomi yang cukup mengenaskan saat ini.
Maka hampir semua elemen turun gunung, para mahasiswa, pemuda dan didukung oleh pihak kampus untuk melakukan demo, menyampaikan pendapat, tuntutan untuk segera mengakhiri, memutuskan mata rantai ketidakadilan, ketidakseimbangan, ketidaktransparan, ketidakjujuran para pemimpin formal dan informal dalam menjalankan amanah untuk peningkatan perekonomian rakyat di seluruh wilayah Indonesia.Tuntutan itu terkenal dengan 17+8 yang tengah diperjuangkannya.
Menyikapi dan menindaklanjuti pasca demo besar-besaran di seluruh Indonesia, selaku umat Islam beriman marilah kita perhatikan firman Allah Swt dalam Al-Quran :
” Wa saari’uu ilaa maghfiratim mirrabikum wa jannatin ‘ardhuhassanaawaatu wal ardhu u’iddat lilmuttaqiin ”
Artinya : ” Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa “. Q.S 3.133.
Melalui ayat di atas Allah Swt memerintahkan kepada umat Islam untuk bersegera, bergegas, secepatnyalah untuk mendapatkan maghfirah ampunan dari Allah Swt.
Melihat dari pemakaian fi’il amar, kata perintah dalam bentuk jamak, bukan dalam bentuk mutsanna atau perintah untuk dua orang, bukan pula untuk seorang atau mufrad. Tetapi untuk semua orang, tanpa batas usia, pangkat, jabatan, laki-laki dan perempuan.
Firman Allah Swt di atas memerintahkan kepada semua umat Islam, apakah dia seorang pemimpin formal dan informal, Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa, ASN non ASN, TNI, Polri, Politikus non Politikus, anggota legislatif, Mahasiswa, Pemuda, tepatnya mereka yang merasa terpanggil untuk memperbaiki tatanan negara, tatanan masyarakat untuk mengadakan perubahan, perbaikan dan peningkatan kesejahteraan rakyat di masa datang, setelah mendapatkan ampunan Tuhan.
Kenapa Allah Swt memerintahkan kepada hamba-Nya untuk tidak menunda, mengabaikan atau mengulur waktu untuk meraih, mencari ampunan dalam arti kata kembali kepada ke jalan yang diridhai Allah Swt.
Sesuai dengan ketentuan Allah Swt, Rasulullah Muhammad SAW dan regulasi yang berlaku di negara Republik Indonesia.
Karena Allah Swt amat tahu, tentang kondisi dan keberadaan manusia, dengan berbagai tipologinya.
Boleh jadi, manusia atau rakyat Indonesia saat ini tengah berada di ujung tanduk, dengan kondisi negara yang tidak baik-baik saja.
Dengan segera mendapatkan ampunan Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa dalam pengertian semua komponen bangsa, wajib segera mengejar ampunan Allah Swt dengan melakukan ishlah dan perbaikan.
Perbaikan yang dimaksud adalah segala upaya sadar dan terukur, dengan mengarahkan potensi yang dimiliki untuk melakukan amal kebaikan, perubahan dan peningkatan kesejahteraan rakyat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menjauhi segala bentuk tindakan anarkis, berupaya maksimal untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, agar terwujud negara yang aman, adil dan makmur. ” Baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafuur ”
Kenapa Manusia Minta Ampunan Allah?
Manusia sebagai makhluk Allah Swt yang unik, istimewa, memiliki berbagai potensi, kecenderungan untuk melakukan aneka amal kebaikan untuk diri, keluarga, umat dan bangsa.
Di sisi lain manusia juga cenderung melakukan perbuatan maksiat, kecurangan, kezaliman, ketidakadilan dan tindak kejahatan.
Kenyataan ini pun dijelaskan oleh Allah Swt dalam hadis Qudsi, tentang tabiat manusia secara umum.
” kullu baniy Aadama khaththaa-iina, wa khairuth khaththaa-iina attawwaa-buuna “.
Artinya : ” Seluruh anak Adam itu bersalah, sebaik-baik yang bersalah adalah mereka yang bertaubat “.
( HR. Turmuzi dan Ibnu Majah ).
Berdasarkan hadis qudsi di atas, secara tegas Allah Swt menjelaskan bahwa umat manusia itu pada dasarnya mempunyai kesalahan. Tidak ada di antara manusia itu sunyi, luput dari berbuat salah.
” Al-insaanu mahallul khathaa-i wan nisyaani “.
Artinya : ” manusia itu tempat melakukan kesalahan dan kelupaan “.
Walaupun manusia mempunyai kesalahan dan memiliki sifat lupa, tetapi Allah Swt yang memiliki Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Dengan sifat Maha Pengasih Maha Penyayang-Nya.
Justeru itu, Allah Swt menerima penyesalan dan pertobatan manusia. Seperti dalam hadis Qudsi yang singkat dan padat, menyatakan ” sebaik-baiknya yang bersalah itu adalah mereka yang bertobat kepada Allah Swt “.
Alangkah Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pengampun-Nya Allah Swt kepada umat manusia, terutama kepada umat Islam yang beriman, yang betul-betul menyadari kekeliruan dan menyesali segala perbuatan maksiat yang pernah dilakukannya.
Allah Swt Mengampuni Pendosa
Meskipun dosa dan kesalahan manusia amat banyak, mengalahkan amal kebaikan yang dilakukannya. Terlanjur melakukan beragam noda dan dosa yang terkirakan. Namun, Allah Swt tetap akan membukakan pintu maghfirah, ampunan-Nya. Karena Allah Swt memiliki sifat Al-‘Afwu, Al-Ghaffaar yang tidak terbatas, sesuai dengan kehendak-Nya. Bahkan Allah Swt tetap memanggil para hamba-Nya yang telah terlanjur menjadi pendosa.
” Qul Yaa ayyuhalladziina asrafuu ‘alaa anfusihim laa taqnatuu mir rahmaatillaahi, innallaaha yaghfirudz dzunuuba jamii’aa. Innahuu huwal ghafuurur rahiim ”
Artinya : ” Katakanlah, ” Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang “.
” Syarat-Syarat Diampuni Suatu Dosa “.
Agar dosa, kesalahan yang telah diperbuat oleh manusia kepada Allah Swt dan kepada manusia, mendapatkan ampunan-Nya. Maka seorang pendosa harus memenuhi kriteria, syarat-syarat sebagai berikut :
1. Seorang pendosa harus menyesali segala perbuatan maksiat yang pernah dilakukannya. Baik perbuatan itu dilakukannya secara pribadi, maupun
secara berjamaah, melakukan kecurangan yang terstruktur dan sistematis. Karena penyesalan itu adalah bagian dari taubat, seperti disabdakan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam hadisnya :
” An-nadamu taubatun “.
Artinya : ” Penyesalan itu adalah tobat “.
( HR. Ahmad ).
2. Memohon ampunan Allah Swt. Setelah merasakan penyesalan yang sangat, atas keterlanjuran melakukan dosa, kesalahan dan berbagai macam perbuatan maksiat, yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Lalu ditindaklanjuti dengan permohonan yang sangat mendalam kepada Allah dan beristighfar, minta ampunan Allah Swt.
Juga dengan kembali menghadap Allah Swt setelah selama ini menjauh dari-Nya.
Seperti firman Allah Swt :
” Fastaghfaruu lidzunuubihim “.
Artinya : ” lalu mohon ampunan atas dosa-dosanya “. ( Q.S. 3.135 ).
” Wa aniibuu ilaa rabbikum wa aslimuu lahu ”
Artinya : ” Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah
kepada-Nya “.
3. Berjanji untuk tidak lagi mengerjakan dosa. Selanjutnya memiliki tekad yang kuat, untuk tidak mengulangi kembali perbuatan dosa, maksiat yang pernah dikerjakan selama ini. Inilah yang disebut dengan taubatan nasuuhaa.
Sebagaimana firman Allah Swt :
” Wa lam yushirruu ‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun “.
Artinya : ” Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui “. ( Q.S.3.135 ).
4. Mengikuti dengan sebaik-baiknya petunjuk Al-Quran. Inilah hal pokok yang tidak kalah pentingnya, setelah melalui tahapan yang disebutkan di atas.
Yaitu dengan berupaya maksimal untuk mengikuti ajaran Islam dengan sebaik-baiknya sampai berakhirnya hidup dan kehidupan ini. Seperti firman Allah Swt :
” Wattabi’uu ahsana maa unzila ilaikum mirrabbikum min qabli ayya’tiyakumul ‘adzabu baghtataw wa antum laa tasy’uruun “.
Artinya : ” Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu
( Al-Quran ) dari Tuhanmu, sebelum datang azab kepadamu secara mendadak, sedang
kamu tidak menyadari “. ( Q.S 33.55 ).
Demikianlah beberapa syarat untuk bertaubat kepada Allah Swt dengan nawaitu lillaahi ta’alaa. Insya Allah upaya untuk lebih dekat, taqarrub ilallaahi akan tercapai sendirinya. Inilah yang disebut dengan taubatan nasuuhaa, taubat yang sebenarnya, yang diikuti oleh tindakan lahir batin, ucapan, tekad yang kuat dalam hati bersama amal kebaikan yang diridhai Allah Swt.
Sesuai dengan firman Allah Swt dalam surah At-Tahrim ayat 8 :
” Yaa ayyuhal ladziina aamanuu tuubuu ilallaahi taubatan nasuuhaa “.
Artinya : ” Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya “.
Dengan melakukan tobat yang semurni-murninya, yang dilandasi nawaitu ikhlas, lillaahi ta’alaa, menyesali keterlanjuran dan
berjanji tidak akan mengulangi segala macam bentuk kejahatan, kemaksiatan dan bertekad untuk melakukan perubahan, perbaikan dan peningkatan kepada yang lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam dan regulasi yang berlaku di Indonesia.
Apabila hal ini, telah dilakukan dengan maksimal, tidak tertutup kemungkinan Allah Swt akan mengampuni dosa-dosa, menghapus segala kesalahan dan menyediakan tempat terpuji di surga-Nya, seluas langit dan bumi, wallaahu a’lam bishshawaab.
Penulis adalah : Jurnalis, Aktivis Dakwah, Pendidikan Sosial dan terakhir Kakankemenag Dharmasraya.*